Selasa, 26 Desember 2017

PROSES PERKEMBANGAN KETATANEGARAAN PADA MASA ORDE BARU

PROSES PERKEMBANGAN KETATANEGARAAN PADA MASA ORDE BARU
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Sejarah Dan Hukum Ketatanegaraan Republik Indonesia
Yang diampu oleh DRS. Suharli, M.Pd




Oleh :
Ana Halimah   NIM 16108820001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGRUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM BALITAR

NOVEMBER 2017


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga penulis berterima kasih pada Bapak Drs. Suharli, M.Pd yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan penulis mengenai Proses Perkembangan Ketatanegaraan Pada Masa Orde Baru. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
            Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.


Blitar, 09 November 2017


                                                                                                Penulis








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 3
1.1     Latar Belakang........................................................................................ 3
1.2     Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3     Tujuan Penulisan ................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 4
       2.1  Pengertian Orde Baru ............................................................................. 4
       2.2  Latar Belakang Terjadinya Orde Baru ................................................... 4
2.2.1 Penguatan Politik Indonesia ............................................................ 4
2.2.2 Pemulihan Bidang Ekonomi ........................................................... 5
2.2.3 Program Pembangunan Nasional .................................................... 6
      2.3  Runtuhnya Orde Lama ............................................................................ 7
           2.3.1 Krisis Moneter .................................................................................. 7
           2.3.2 Krisis Politik .................................................................................... 8
           2.3.3 Pergantian Kepemimpinan Nasional ................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 11











BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Selama hampir 72 tahun sebagai bangsa merdeka kita dihadapkan pada panggung sejarah perpolitikan dan ketatanegaraan dengan dekorasi, setting, aktor, maupun cerita yang berbeda-beda.Karena kekhasannya tersebut maka kepada setiap pentas sejarah yang terjadi dilekatkan suatu atribut seperti Orde Lama, Orde Baru Dan Kini Orde Reformasi.
Orde Baru lahir karena adanya Orde Lama, dan Orde Baru sendiri haruslah diyakini sebagai sebuah panorama bagi kemunculan Orde Reformasi. Demikian juga setelah Orde Reformasi pastilah akan berkembang pentas sejarah perpolitikan dan ketatanegaraan lainnya dengan setting dan cerita yang mungkin pula tidak sama.
Dari pendapat ini maka dapat dikatakan bahwa Orde Lama telah memberikan landasan kebangsaan bagi perkembangan bangsa Indonesia. Sementara itu Orde Baru telah banyak memberikan pertumbuhan wacana normatif bagi pemantapan ideologi nasional. Nilai-nilai tersebut akan terus di Justifikasi dan diadaptasikan dengan dinamika yang terjadi.
Dari segala bentuk pemerintahan dan model kepemminan dari pemimpin negara mulai dari Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi tentunya mempunyai model memimpin bangsa yang berbeda-beda demi tujuan yang sama, yaitu tegaknya Negara Republik Indonesia.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Apakah yang dimaksud dengan orde baru ?
2.    Apakah yang melatar belakangi adanya orde baru ?
3.    Apakah yang melatar belakangi runtuhnya orde baru ?
1.3    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mendeskripsikan pengertian orde baru.
2.      Untuk mendeskripsikan alasan terjadinya orde baru.
3.      Untuk mendeskripsikan alasan runtuhnya orde baru.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Orde Baru
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk pada era pemerintahan Ir Soekarno. Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela.
2.2  Latar Belakang Terjadinya Orde Baru
2.2.1 Penguatan Politik Indonesia
A. Pembubaran PKI
                        Pernyataan resmi pemerintah orde baru menegaskan bahwa peristiwa G30SPKI , adalah kudeta yang dilakukan oleh PKI, yang salah satu tujuannya adalah ingin menggantikan Pancasila sebagai dasar negara dengan ideologi komunisme.[1]
                        Untuk mengatasi krisis politik yang semakin memuncak, presiden dengan ketiga perwira tertinggi mengadakan pembicaraan di istana Bogor yang kesimpulan dari pembicaraan tersebut adalah penyusunan draf surat yang saat ini  terkenal dengan sebutan Surat Perintah 11 Maret, yang disingkat menjadi SP 11 Maret atau Supersemar yang di tanda tangani langsung oleh Presiden Soekarno.[2]
B. Pelaksanaan Dwifungsi ABRI
            Pemerintah, dalam hal ini Suharto pimpinan TNI AD, menyadari bahwa salah satu penyebab rawannya pertahanan dan keamanan adalah terpecahnya kekuatan ABRI. Atas dasar pemikiran itulah ABRI melakukan reorganisasi. Konsep jalan tengah Jenderal A.H. Nasution yang berupaya mengembalikan peran ABRI Bersama rakyat seperti pada masa revolusi pun dijadikan dasar pemikiran. Langkah- langkah reorganisasi ABRI pun secepatnya dilakukan, antara lain menyatukan doktrin ABRI, mengeluatkan kedudukan panglima angkatan dari kedudukannya sebagai Menteri, serta meninggikan kedudukan Lembaga pertahanan keamanan di atas panglima angkatan. Dalam hal ini pemerintah mengeluarkan kebijakan menyangkut ABRI yaitu Dwifungsi ABRI atau suatu dokrin di lingkungan Militer Indonesia yang menyebutkan bahwa TNI memiliki dua tugas, yaitu pertama menjaga keamanan dan ketertiban negara dan kedua memegang kekuasaan dan mengatur negara. Dengan peran ganda ini, militer diizinkan untuk memegang posisi di dalam pemerintahan. Soal Dwifungsi ABRI ini pun dinyatakan lagi oleh presiden dalam pidatonya Presiden menegaskan akan meneruskan Dwifungsi ABRI dan membenarkan kebijakan atas nama demokrasi Pancasila.
2.2.2 Pemulihan Bidang Ekonomi
            Pada awal orde baru program pemerintahan semata mata di arahkan kepada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama penyelamatan keuangan negara. MPRS (Majelis Permusyaearatan Rakyat Sementara) menyatakan perlu diadakan landasan baru. Berdasarkan keteteapan MPRS ini terdiri dari 10 bab dan 71 pasal sebagai berikut :
1.      Landasan dan prinsip kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan.
2.      Kebijakan ekonomi.
3.      Skala perioritas nasional.
4.      Peran pemerintah.
5.      Peran koperasi.
6.      Peran swasta nasional.
7.      Kebijakan pembiayaan.
8.      Hubungan ekonomi luar negeri.
9.      Prasyarat.
10.  Penutup.
MPRS menyadari bahwa kemerosotan ekonomi yang berlarut larut itu disebabkan oleh :
1.      Tidak adanya pengawasan yang efektif dari DPR terhadap kebijakan ekonomi.
2.      Kepentingan ekonomi dikalahkan oleh kepentingan pemerintah.
3.      Pemikiran ekonomi yang rasional untuk memecahkan masalah ekonomi di kesampingkan.
Selanjutnya MPRS menggariskan tiga macam program yang harus dilakukan oleh pemerintah secara bertahab. Program itu adalah :
1.      Program penyelamatan.
2.      Program stabilisasi dan rehabilitasi.
3.      Program pembangunan.[3]
2.2.3 Program Pembangunan Nasional
A. Pembangunan Pertanian
            Dalam Pelita (Pembangunan lima Tahun) I adalah meningkatkan beras yang merupakan makanan pokok rakyat indonesia menjadi target utama. Di Jawa yang penduduknya sangat padat, upaya meningkatkan produksi beras di tempuh dengan menggunakan teknologi biologidan kimia serta teknonoli mekanis. Sedangkan di luar Jawa yang tidak berpenduduk padat dilakukan program pertanian pembukaan lahan baru yang di dukung oleh program irigasi besar besaran.[4]
B. Transmigrasi
            Tujuan dari program ini pada repelita pertama adalah penekanan terhadap tujuan memproduksi beras dalam pencapaian swasembada pangan. Sedangkan tujuan pada repelika yang ke dua adalah pembangunan nasional. Dan tujuan pada repelita ke tiga adalah penekanan yang lebih mendalam pada kepentingan pertahanan dan keamanan.

C. Lapangan Kerja
            Berkaitan dengan tenaga kerja yang semakin ertambah maka pemerintah mengatasi dengan membuka lapangan apangan pekerjaan melalui proyek padat karya dan bentuan untuk pembangunan daerah.[5]
D. Keluarga Berencana
            Sedangkan dalam masallah penanggulangan jumlah perkembangan penduduk selain transmigrasi juga menjalankan program KB atau Keluarga Berencana. Program ini dijalankan karena pertimbangan jumlah penambahan penduduk tergantung dari angka kelahiran bayi.[6]
2.3  Runtuhnya Orde Baru
2.3.1        Krisis Moneter
Krisis Moneter yang terjadi di Thailand pada awal Juli 1997 merupakan permulaan yang mengguncang nilai tukar mata uang negara negara Asia seperti Malaysia, Filipina, dan juga Indonesia. Rupiah yang terus mengalami kemerosotan hingga 9%. Melemahnya nilai tukar rupiah tersebut menjadi perhatian khusus Presiden Soeharto. Meski demikian masih menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia mampu menahan badai yang bertiup dari Thailand itu. Merosotnya nilai mata uang rupiah memacu keadaan panik tentang akan habisnya persediaan bahan makanan sehari hari.
Bank Indonesia mengakui bahwa BI tidak bisa membendung kemerosotan nilai tukar rupiah. Merosotnya nilai tukar rupiah ini berakibat pada hancurnya saham Jakarta, bangkrutnya perusahaan modern di Indonesia yang menyebabkan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) secara besar-besaran.
Pada saat krisis semakin dalam, gangguan social ppun merupakan akses yang tidak terlepaskan. Dalam bulan-bulan pertama tahun 1998 di sejumlah kota terjadi kerusuhan anti Cina. Kelompok ini merupakan sasaran kemarahan masyarakat karena dominasi perekonomian masyarakat karena dominasi perekonomian di Indonesia berada di tangan mereka. Badai krisis ini pun semakin menjalar dalam bentuk gejolak non ekonomi lainnya yang membawa pengaruh terhadap proses suatu perubahan selanjutnya.[7]
2.3.2        Krisis Politik
PEMILU ke 6 yang diselenggarakan pada tanggal 29 Mei 1997 memberikan kemenangan pada Golkar. Setelah pelaksanaan pemilu tersebut perhatian politik tercurahkan pada siding Umum MPR pada bulan Maret 1998 yang bertugas memilih Presiden dan Wakil Presiden. Dalam siding tersebut Golkar mencalonkan kembali Soeharto sebagai nominasi tunggal untuk menduduki jabatan Presiden.
Pada penutupan siding Umum MPR menjadi suatu kesempatan bagi sejumlah masa untuk melakukan demonstrasi. Pada tanggal 11 Maret 1998 ribuan orang yang bergabung dengan Amin Rais serta berbagai staf akademisi dari berbagai kampus melakukan demonstrasi untuk mendukung gerakan mahasiswa. Bahkan demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa UGM di Yogyakarta merupakan demonstrasi terbesar yang terjadi selama beberapa decade ini. Patung Soekarno setinggi 3 M dirusak oleh massa.
Aksi mahasiswa yang tidak mendapat tanggapan dari pemerintah menyebabkan para mahasiswa di berbagai kota lainnya mulai mengadakan aksi hingga ke luar kampus. Menjelang bulan April 1998, Amin Rais yang menempatkan dirinya sebagai pemimpin informalgerakan secara terbuka menyerukan dukungan rakyat bagi pejuang mahasiswa.[8]
2.3.3        Pergantian Kepemimpinan Nasional
Krisis yang bermula dari krisis moneter berkembang menjadi krisis di hamper segala bidang, yang tak direspon dengan pemerintah. Inilah yang memunculkan krisis kepercayaan dari masyarakat Indonesia. Setabilitas politik dan keamanan pemerintahan orde baru mulai goyah, ketika siding Umum MPR RI terselenggara dengan hasil yang sudah di duga sebelumnya, yaitu Soeharto kembali terpilih sebagai presiden dan BJ Habibie sebagai wakil presiden. aksi turun ke jalan oleh berbagai kelompok masyarakat, termasuk kalangan mahasiswa dan akademis yang tidak puas terhadap kepemimpinan presiden Soeharto mulai bermunculan. Tidak sedikit diantaranya yang mendatangi gedung DPR RI untuk mengajukan tuntutannya, antara lain agar Soeharto melakukan revormasi. Bentrokan antara demonstran atau pengunjuk rasa dengan para petugas pun tidak bisa di hindari, seperti yang terjadi pada tanggal 12 Mei 1998. Pada hari itu sejumlah mahasiswa Universitas Trisakti yang desertai beberapa dosennya mengadakan unjuk rasa kepada DPR RI. Mereka kemudian berhadapan dengan para petugas keamanan yang menjaga kompleks DPR RI secara ketat. Mulanya unjuk rasa berjalan relative damai. Kekacauan justru mincul pada waktu para pengunjuk rasa kembali ke kampusnya para petugas keamanan secara tidak terduga mengejar para pengunjuk rasa sampai ke depan kampus Universitas Trisakti, bahkan melakukan penembakan sehingga 6 orang mahasiswa meninggal dunia deiterjang peluru para petugas keamanan,
Keesokan harinya, terjadi kerusuhan social dan aksi penjarahan terhadap beberapa sentra bisnis (termasuk fasilitas bank), mal mal, dan sentra pertokoan di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi yang berdampak langsung pada nilai rupiah. Kenyataan seperti itu membuat perundingan tentang penjadwalan utang utang swasta Indonesia kepada para kreditur luar negeri menjadi lebih sulit.[9]
Sementara itu demonstrasi mahasiswa yang mendapat dukungan masyarakat luas semakin marak para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menduduki gedung MPR dan nyaris tidak ada satupun pihak penjaga keamanan yang mengusir mereka. Tekanan itu rupanya mulai membuahkan hasil ketika pada tanggal 18 Mei 1998, Harmoko, Ketua MPR, secara terang terangan meminta Soeharto untuk mengundurkan diri demi kepentingan nasional. Pada tanggal 19 Mei 1998 Soeharto bertemu dengan 9 tokoh islam terkemuka.
Dalam pertemuan itu Soeharto meminta pendapat mereka apakah dia memang seharusnya turun dari jabatannya. Kepercayaan diri Soehartopun akhirnya runtuh setelah dia gagal membentuk cabinet revormasi pada tanggal 20 Mei 1998 karena 14 Menteri yang menolak untuk masuk kedalam cabinet tersebut, termasuk Ginanjar Kartasasmita.
Pada hari yang sama, Amin Rais membatalkan rencananya menggelar pawai jutaan massa di JKT, ketika terdapat banyak sekali pasukan keamanan di JKT. Di Yogyakarta, diperkirakan satu juta orang mengikuti pawai di jalana, di Semarang ribuan mahasiswa mengambil alih gedung DPRD, di Bandung puluhan ribu massa hadir mengelilingi kantor gubernur. Demonstrasi besar besaran juga terjadi di beberapa kota. Harmoko, selama pertemuan dengan mahasiswa menggarisbawahi pernyataanya bahwa presiden harus mengundurkan diri sebelum tanggal 23 Mei 1998 atau DPR akan mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan siding istimewa MPR dalam rangka melakukan pemecatan presiden. menyadari keadaan tak mendukungnya, keesokan harinya, pada tanggal 21 MEI 1998, Soeharto menyatakan mengundurkan diri sebagai presiden.[10]
DAFTAR PUSTAKA

Praptanto Eko. 2010. Sejarah Indonesia. Jakarta. Bina Sumber Daya Mipa.

Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia. 2010. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero).



[1] Eko Praptanto, Sejarah Indonesia, Bina Sumber Daya Mipa, Jakarta, 2010, hlm. 4.

[2] Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2010, hlm. 550.
[3]  Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2010, hlm. 567.
[4] Eko Praptanto, Sejarah Indonesia, Bina Sumber Daya Mipa, Jakarta, 2010, hlm. 36.

[5] Eko Praptanto, Sejarah Indonesia, Bina Sumber Daya Mipa, Jakarta, 2010, hlm. 38.
[6] Ibid, hlm. 39
[7] Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2010, hlm. 666.
[8] Ibid, hlm. 667.
[9] Eko Praptanto, Sejarah Indonesia, Bina Sumber Daya Mipa, Jakarta, 2010, hlm. 71.
[10] Eko Praptanto, Sejarah Indonesia, Bina Sumber Daya Mipa, Jakarta, 2010, hlm. 71.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dan aku tetaplah lemah... berusaha tak lelah dalam Lillah... menggenggam ingin yang hanya angan...  menyindir menanti takdir...